Renault 5 Mengganggu Pasar Mobil Inggris, Tapi Nilai Menjadi Pusat Perhatian

28

Renault 5, sebuah hatchback bergaya retro, secara mengejutkan menduduki puncak grafik penjualan mobil listrik di Inggris, mengalahkan penjualan Model Y Tesla. Namun, kedua model tersebut dikalahkan oleh Jaecoo 7, kendaraan bertenaga bensin baru dari Tiongkok, yang menyoroti pergeseran prioritas konsumen Inggris terhadap nilai dan transportasi yang terjangkau. Tren ini menunjukkan bahwa harga tetap menjadi faktor yang lebih penting bagi banyak pembeli dibandingkan hanya berfokus pada rendahnya emisi karbon.

Bangkitnya Retro Renault 5

Pada bulan Oktober, Renault 5 muncul sebagai mobil listrik terlaris di Inggris. Direktur pelaksana Renault, Adam Wood, menyebut kendaraan ini sebagai “pengubah permainan”, menekankan kombinasi menarik antara desain yang menyenangkan, pengalaman berkendara yang menyenangkan, dan kepraktisan. Khususnya, popularitas mobil tidak terbatas pada penggemar mobil listrik; pembeli memilihnya “terlepas dari powertrainnya”, yang menunjukkan daya tarik yang lebih luas.

Hampir setengah (49 persen) penjualan Renault di Inggris pada bulan lalu merupakan kendaraan listrik sepenuhnya, dan satu dari empat mobil baru yang terdaftar adalah kendaraan tanpa emisi—menunjukkan permintaan kendaraan listrik yang terus berlanjut, meskipun berfluktuasi.

Jaecoo 7: Pesaing Baru

Meskipun terjadi lonjakan penjualan mobil listrik, baik Renault 5 maupun kendaraan listrik lainnya tidak berhasil masuk dalam 10 besar mobil terlaris secara keseluruhan. Ford Puma memegang posisi teratas, dan mungkin yang lebih mengejutkan, Jaecoo 7 asal Tiongkok mengamankan posisi keenam dengan lebih dari 2.600 registrasi pada bulan Oktober saja. Sepanjang tahun ini, Jaecoo 7 telah melampaui penjualan merek ternama seperti Citroen dan Lexus, sementara rekan senegaranya, BYD, telah mendaftarkan lebih banyak kendaraan baru dibandingkan Dacia, Cupra, atau MINI.

Melambatnya Adopsi Mobil Listrik & Faktor Harga

Angka-angka ini menggarisbawahi beberapa perkembangan penting: Pembeli Inggris tertarik pada keterjangkauan model Tiongkok, dan adopsi mobil listrik tampaknya melambat. Direktur Cox Automotive’s Insight, Philip Nothard, menyebutkan “sentimen konsumen yang rapuh dan ketidakpastian kebijakan” sebagai faktor yang berkontribusi terhadap tren ini. Dia mencatat bahwa meskipun ada sedikit peningkatan di bulan Oktober, registrasi kendaraan listrik hanya mencapai 22,4 persen tahun ini.

Nothard menganggap mandat Pemerintah untuk Kendaraan Nol Emisi (ZEV) pada tahun 2026, yang menargetkan 33 persen dari seluruh penjualan mobil adalah kendaraan tanpa emisi, adalah hal yang “tidak realistis” dalam iklim saat ini. Untuk mempercepat adopsi mobil listrik, banyak yang percaya bahwa mengatasi infrastruktur pengisian daya dan keterjangkauan bagi pengemudi yang tidak memiliki jalan masuk adalah hal yang sangat penting.

Tantangan Pengisian & Prospek Masa Depan

John Lewis, CEO operator chargepoint char.gy, mengakui kemajuan tersebut tetapi menekankan perlunya memastikan aksesibilitas bagi semua orang. “Angka-angka ini menunjukkan transisi ini mendapatkan daya tarik yang nyata – namun kita harus memastikan transisi ini menjangkau semua pihak,” kata Lewis. Tantangannya kini terletak pada membuat pengisian daya menjadi lebih mudah bagi mereka yang tidak memiliki jalan masuk maupun bagi mereka yang dapat melakukan pengisian daya di rumah, sehingga memastikan transisi yang adil bagi semua pengemudi.

Pada akhirnya, pasar mobil Inggris menunjukkan adanya interaksi yang kompleks antara preferensi konsumen, kemajuan teknologi, dan kebijakan pemerintah. Menjadi jelas bahwa fokus hanya pada kendaraan listrik saja tidak cukup; mengatasi keterjangkauan, memperluas infrastruktur pengisian daya, dan menyediakan alternatif yang menarik akan sangat penting dalam membentuk masa depan transportasi di Inggris.